Selasa, 01 Desember 2015

Analisis Novel Pra dan Pasca Kemerdekaan



KATA PENGANTAR

            Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya telah berhasil menyelesaikan tugas ini. Tugas ini disusun guna untuk melengkapi Ujian Akhir Semester Genap mata kuliah Sejarah Sastra Jawa.
            Dan diharapkan tugas ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua terutama para pembaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar diterapkan ketika menyusun tugas yang lain.
            Semoga makalah ini dapat dimengerti dan dipahami oleh pembaca sehingga dapat menambah sedikit pengetahuan. Serta dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Penulis
Armin Retno Vitasari
 


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan  menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. "Kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa inggis. Karena novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Ada juga yang mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sama dengan bahasa latin. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Dan kejadian yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya perubahan nasib", pendapat Santoso dan Wahyuningtyas (2010: 46).
Novel dibagi menjadi dua jenis, yaitu: novel populer dan novel serius. “Novel populer” adalah “Novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya” Burhan Nurgiyantoro (2010, 18). Sedangkan novel serius menurut Nurgiyantoro (2010: 18-19) “Novel ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal”. 
Selain itu banyak novel berbahasa Jawa yang keberadaannya sulit untuk ditemukan. Bahkan di website internet pun kita juga sulit untuk mencarinya. Yang mendominasi novel jaman dahulu yaitu novel yang berbahasa Indonesia. Banyak sekali novel-novel berbahasa Indonesia yang berbentuk buku maupun file di dalam internet. Pada dasarnya novel yang menggunakan Bahasa Jawa tersebut kurang diminati oleh masyarakat. Sehingga para pengarang lebih banyak pengarang cerita menggunakan Bahasa Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut :
1.      Bagaimana persamaan dan perbedaan dalam novel pra dan pasca kemerdekaan.
2.      Apa yang metalarbelakangi persamaan dan perbedaan dalam novel pra dan pasca kemerdekaan.
C.    Tujuan Penulisan
Penulisan ini digunakan untuk memaparkan persamaan dan perbedaan antara novel pra dan pasca kemerdekaan, yang bertujuan untuk :
1.      Mengetahui bagaimana persamaan dan perbedaan novel pra dan pasca kemerdekaan.
2.      Dapat mengetahui apa yang menjadi latar belakang mengenai persamaan dan perbedaan novel tersebut.
D.    Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis dapat memberi manfaat bagi pembaca yang digunakan sebagai ilmu pengetahuan. Dan dapat memperluas wawasan mengenai karya sastra terutama novel pra dan pasca kemerdekaan. Serta diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat tertarik untuk membaca novel-novel berbahasa jawa lainnya.


BAB II
BAGIAN ISI

A.    UNSUR INTRINSIK NOVEL PRA DAN PASCA KEMERDEKAAN
1.      Novel Pra Kemerdekaan
a.       Judul               : Sapu Ilang Suhe
b.      Tema               : kekecewaan yang penyesalan
c.       Alur                 : alur yang digunakan dalam novel Sapu Ilang Suhe ini adalah alur maju.
d.      Penokohan      :
·         Abdulgani       : perhatian dengan saudaranya dan selalu ingin melindunginya karena pesan dari almarhum ayahnya.
·         Abdullah         : mempunyai watak yang keras tidak mendengarkan nasihat baik dari saudaranya.
·         Mbok Dullah   : menerima keadaan yang terjadi pada permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya. Dan selalu mengkhawatirkan keadaan Ngali anaknya yang pertama.
·         Ngali               : angkuh dan suka menghambur-hamburkan uang dan tidak mengerti keadaan kedua orang tuanya.
·         Kasan              : suka membantu pekerjaan rumah.
·         Rahman           : rajin dan pekerja keras walaupun ia bodoh tetapi ia sangat mengerti suasana yang terjadi dalam keluarganya serta ia mempunyai pikiran yang dewasa dibandingkan saudara-saudara lainnya.
·         Siti                   : rajin membantu pekerjaan rumah dan mengerti akan keadaan keluarganya.
·         Abdulrasid      : baik hati dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi dengan sanak saudaranya.
e.       Latar
1.      Tempat      :
·         Rumah Abdulgani : pada saat Abdullah menyampaikan keinginannya untuk pergi ke Batawi.
·         Jalan : pada saat Abdullah menuju ke sungai Musi.
·         Di tengah laut : pada saat Abdullah melakukan perjalanan menuju Batawi.
·         Di rumah Abdullah : ketika Abdullah sudah kaya dan mempunyai keluarga di Batawi.
2.      Waktu       :
·         Malam hari : pada waktu Abdullah berangkat ke Batawi
·         Pagi hari : ketika mbok Dullah istri Abdullah  bangun tidur dan mulai menyapu halaman rumahnya.
f.       Sudut Pandang : pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam cerita tersebut.
g.      Suasana           : suasana yang tergambar dalam novel Sapu Ilang Suhe ini adalah senang ketika Abdullah mempunyai keluarga yang dikaruniai 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Kecewa ketika Ngali anak pertama dari Abdullah menjadi anak yang kurang ajar suka menghambur-hamburkan uang demi menyenangkan hati. Haru ketika Abdullah meninggalkan Batawi karena ingin pulang Palembang. Dan meninggal dunia di Palembang lalu selang beberapa bulan Mbok Dullah meninggal karena sakit yang amat parah.
h.      Amanat           : jangan suka terkagum-kagum dengan apa yang ada dan terlihat di depan mata. Ada kalanya kita menemui hidup dengan kesengsaraan, kenyataanya pasti akan datang. Dan kesengsaraan itu datang dengan perlahan menguji kesabaran dan terkadang kita tidak menyadarinya.
2.      Novel Pasca Kemerdekaan
a.       Judul               : Duraka
b.      Tema               : penyesalan hidup yang tak berujung.
c.       Alur                 : menggunakan alur maju karena mencerikan dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan
d.      Penokohan      :
1.      Pak Sis      : penyabar dan selalu bersyukur ketika dihadapi cobaan yang sangat berat.
2.      Bu Sis        : penyabar dan sangat menyayangi kedua anaknya.
3.      Marjata      : pada awalnya Marjata menpunyai sifat santun tetapi setelah menikah dengan Kardinah, ia menjadi sangat angkuh dan sombong.
4.      Martati      : baik, penyabar, dan suka bekerja keras demi membantu kedua orang tuanya.
5.      Katriin       : baik hati karena ia suka menolong keluarga Martati saat sedang kesusahan.
6.      Kardinah   : munafik suka memutar balikan fakta karena sudah menfitnah Martati dan ia juga menpunyai watak suka menipu orang.
7.      Mbok Tasri: suka menolong orang yang sedang tertimpa kesusahan dan ia juga sering membantu Martati.
8.      Pak Sarlan : penurut kepada majikan tetapi ia mempunyai sifat yang baik dan suka menolong orang lain.
e.       Latar   
1.      Tempat      :
·         Rumah bu Sis
·         Rumah Kardinah di Jakarta
·         Pondokan mbok Tasri
·         Kuburan
2.      Waktu       :
·         Siang hari : pada waktu Martati sedang latihan senidrama di teras.
·         Malam hari : pada saat sedang menunggu pak Sis pulang dari kerja, pada waktu pak Sis pergi ke Jakarta dan menemui anak-anaknya.
f.       Sudut Pandang : pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga karena penulis menyebutkan nama tokoh dalam cerita.
g.      Suasana           : suasana yang tergambar dalam novel tersebut yaitu ada rasa senang, sedih, tegang, dan haru.
h.      Amanat           : dari novel Duraka tersebut dapat diambil amanat yaitu sebagai seorang anak harus selalu berbakti kepada kedua orang tua. Ketika sudah sukses dan mempunyai kehidupan yang lebih layak, sebaiknya juga harus selalu mengingat perjuaangan orang tua ketika membesarkannya.
B.     HASIL ANALISIS
Kritik sastra merupakan kegiatan atau  perbuatan mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis (Harjana dalam Semi, 1990:16).
Dalam melakukan kritik sastra, seorang kritikus tidak bertindak semaunya. Harus melalui suatu proses penghayatan keindahan yang serupa dengan proses yang dilalui pengarang dalam melahirkan karyanya. Berikut akan dipaparkan analisis dua buah novel berbahasa Jawa.  
1.      Persamaan antara novel pra dan pasca kemerdekaan
Dari unsur intrinsik kedua novel di atas ditemukan beberapa persamaan antara lain :
a.       Tema, kedua novel tersebut sama-sama menceritakan penyesalan yang berujung dengan kesedihan. Karena di dalam novel yang berjudul Sapu Ilang Suhe tersebut menceritakan seorang bapak yang mempunyai watak yang keras, sehingga pada akhirnya ia membanggakan anak pertamanya yang kemudian lupa akan jerih payahnya sebagai orang tua. Dan pada novel Duraka menceritakan seorang anak yang pergi meninggalkan desa untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Lalu setelah sukses ia tidak mau dan tidak peduli dengan keadaan orang tuanya sampai akhirnya orang tuanya meninggal.
b.      Alur, novel tersebut sama-sama menggunakan alur maju karena cerita yang disampaikan oleh pengarang tersebut runtut tanpa mengulas masa lalu.
c.       Suasana, di dalam novel pra dan pasca kemerdekaan tersebut suasana yang tergambar pada kedua novel tersebut adalah senang ketika para tokoh sudah menemukan kehidupan yang layak. Dan sedih ketika orang-orang yang disayangi oleh para tokoh meninggal dunia. Serta kecewa disaat para tokoh menyesali perubahan sikap ketika mereka sudah menemukan kehidupan yang layak lalu meninggalkan keluarga yang kesusahan.
d.      Sudut pandang, pada novel Sapu Ilang Suhe dan Duraka tersebut kedua pengarang sama-sama menggunakan sudut pandang orang ketiga.
e.       Amanat, amanat yang terkandung dalam kedua novel tersebut hampir sama yaitu ketika seseorang sudah menemukan kehidupan yang layak dan berkecukupan, kita wajib bersyukur dan tetap rendah hati.
f.       Bahasa yang digunakan dalam cerita novel tersebut yaitu menggunakan ejaan lama.
2.      Perbedaan antara novel pra dan pasca kemerdekaan
Dari kedua novel tersebut yaitu novel yang berjudul Sapu Ilang Suhe dan Duraka, ditemukan perbedaan yaitu pada novel pra kemerdekaan yang berjudul Sapu Ilang Suhe pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa kita harus selalu mendengar nasihat-nasihat dari saudaranya. Karena dalam kehidupan ini saudaralah yang sangat dipentingkan dalam hal untuk menciptakan kerukunan. Sehingga kelak dikemudian hari kita akan memetik buah dari kesabaran yang kita lalui. Dan ketika kita keras dalam berfikir maka jalan keluar akan sulit untuk kita temui.
Sedangkan pada novel pasca kemerdekaan, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca agar selalu mengingat kedua orang tuanya, ketika kita sudah memperoleh jabatan atau kehidupan yang lebih layak. Jangan sampai kita melupakan kedua orang tua dan pura-pura tidak pernah mengenalinya.
Selain itu pada judul novel Sapu Ilang Suhe tersebut mempunyai arti yaitu seenak-enaknya hidup itu semua orang pada mencari kehidupan yang irit dan diibaratkan sapu tidak disuhi, hanya butuh hati-hati. Sedangkan pada novel yang berjudul Duraka mempunyai arti ingkar terhadap perintah (Tuhan, orang tua, dan sebagainya) atau tidak setia kepada kekuasaanyang sah.
C.    LATAR BELAKANG YANG MENDASARI PERSAMAAN DAN PERBEDAAN NOVEL
Pada penjelasan yang sudah dipaparkan, hal-hal yang melatarbelakangi persamaan dan perbedaan dari kedua novel pra dan pasca kemerdekaan tersebut yaitu masalah budi pekerti pada setiap tokoh cerita.
Dimana kata budi adalah kata serapan dari bahasa Sansekerta, berasal dari akar kata budh artinya sadar, budi berarti kesadaran. Kata pekerti berasal dari kata dasar krti berarti pembuatan. Kata dasar ini berasal dari akar kr berarti membuat. Pekerti berarti perbuatan. Budi pekerti berarti kesadaran perbuatan atau tingkah laku seseorang. Keduan unsur ini mempunyai pertalian erat. Budi itu terdapat pada batin manusia, karenanya tidak kelihatan. Budi seseorang baru tampak apabila orang tersebut telah melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku (Purwadi, 2009:185).
Selain itu yang melatarbelakangi adalah nilai-nilai yang mengacu pada berbagai aspek kehidupan, misalnya nilai agama atau kepercayaan, norma-norma sosial budaya, politik dan ekonomi.
Dari kedua novel tersebut hal lain yang juga bisa menjadi latar belakang yaitu mengenai sudut pandang pengarang atau pikiran pengarang dalam menyampaikan sebuah cerita. Pada novel pra kemerdekaan, pengarang mengambil latar belakang dari seseorang yang sudah mempunyai kehidupan yang layak namun pada akhirnya jatuh miskin karena ulah salah satu anaknya. Sedangkan pada novel pasca kemerdekaan, pengarang mengambil latar belakang dari kehidupan seseorang yang miskin tetapi selalu menerima keadaan serta tabah menghadapi sikap anaknya yang berubah ketika mempunyai kehidupan yang lebih layak.
Selain itu, pengarang dalam menyampaikan cerita dilatarbelakangi oleh beberapan nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut pada novel yang berjudul Sapu Ilang Suhe adalah nilai sosial dan juga nilai kesopanan, kerena cerita dalam novel ini menceritakan seorang bapak yang sangat peduli dengan keadaan anak-anaknya. Nilai kesopanannya yaitu seorang anak yang membangkang dan selalu meminta uang untuk foya-foya.
Pada novel yang berjudul Duraka mengandung nilai moral karena anak yang lupa dan memperlakukan orang tuanya seperti orang lain yang tidak dikenalnya.
  


BAB III


PENUTUP



A.    Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Persamaan yang terlihat pada novel pra dan pasca kemerdekaan tersebut yaitu dari unsur-unsur intrinsik dari kedua novel tersebut.
2.      Perbedaan yang bisa diambil dari kedua novel tersebut yaitu pada pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca.
3.      Kedua novel tersebut dilatarbelakangi oleh budi pekerti seseorang dalam bertingkah laku. Bahasa
4.      Aspek lain yang melatarbelakanginya yaitu aspek kehidupan.
B.     Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu sebagai berikut :
1.      Sebaiknya keberadaan novel-novel kuno atau novel terbitan sebelum tahun 1945 dan sesudah tahun 1945 lebih diperbanyak pencetakannya atau di museumkan tersendiri.
2.      Karya sastra yang kuno sebaiknya dibuatkan website tertentu agar mudah dalam proses pencariannya.
3.      Karya sastra seperti novel berbahasa Jawa harus selalu di simpan guna menjadi bukti bahwa karya sastra Jawa itu dahulu benar-benar ada keberadaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Purwadi, 2009. Pengkajian Sastra Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka.
Semi, Prof. Drs.M., 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.










0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates