KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya telah berhasil menyelesaikan tugas ini. Tugas ini
disusun guna untuk melengkapi Ujian Akhir Semester Genap mata kuliah Sejarah
Sastra Jawa.
Dan diharapkan tugas ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua terutama para pembaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun tugas ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun agar diterapkan ketika menyusun tugas
yang lain.
Semoga makalah ini dapat dimengerti dan dipahami oleh
pembaca sehingga dapat menambah sedikit pengetahuan. Serta dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Penulis
Armin
Retno Vitasari
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Novel adalah
karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan menceritakan
kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari
serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. "Kata novel berasal
dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang
berarti baru atau new dalam bahasa inggis. Karena novel adalah bentuk
karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Ada
juga yang mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella yang
artinya sama dengan bahasa latin. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan
atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang
daripada cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang
penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang)
secara singkat dan yang pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya
digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada masalah yang
sekecil-kecilnya. Dan kejadian yang digambarkan itu mengandung suatu konflik
jiwa yang mengakibatkan adanya perubahan nasib", pendapat Santoso dan
Wahyuningtyas (2010: 46).
Novel dibagi menjadi dua jenis, yaitu: novel populer
dan novel serius. “Novel populer” adalah “Novel yang populer pada masanya dan
banyak penggemarnya” Burhan Nurgiyantoro (2010, 18). Sedangkan novel serius
menurut Nurgiyantoro (2010: 18-19) “Novel ini disoroti dan diungkapkan sampai
ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal”.
Selain itu banyak novel berbahasa Jawa yang
keberadaannya sulit untuk ditemukan. Bahkan di website internet pun kita juga
sulit untuk mencarinya. Yang mendominasi novel jaman dahulu yaitu novel yang
berbahasa Indonesia. Banyak sekali novel-novel berbahasa Indonesia yang
berbentuk buku maupun file di dalam internet. Pada dasarnya novel yang
menggunakan Bahasa Jawa tersebut kurang diminati oleh masyarakat. Sehingga para
pengarang lebih banyak pengarang cerita menggunakan Bahasa Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam
penulisan ini yaitu sebagai berikut :
1.
Bagaimana
persamaan dan perbedaan dalam novel pra dan pasca kemerdekaan.
2.
Apa yang
metalarbelakangi persamaan dan perbedaan dalam novel pra dan pasca kemerdekaan.
C.
Tujuan Penulisan
Penulisan ini digunakan
untuk memaparkan persamaan dan perbedaan antara novel pra dan pasca
kemerdekaan, yang bertujuan untuk :
1.
Mengetahui
bagaimana persamaan dan perbedaan novel pra dan pasca kemerdekaan.
2.
Dapat
mengetahui apa yang menjadi latar belakang mengenai persamaan dan perbedaan
novel tersebut.
D.
Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis dapat memberi manfaat bagi
pembaca yang digunakan sebagai ilmu pengetahuan. Dan dapat memperluas wawasan
mengenai karya sastra terutama novel pra dan pasca kemerdekaan. Serta
diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat tertarik untuk membaca
novel-novel berbahasa jawa lainnya.
BAB II
BAGIAN ISI
A.
UNSUR
INTRINSIK NOVEL PRA DAN PASCA KEMERDEKAAN
1. Novel
Pra Kemerdekaan
a. Judul
: Sapu Ilang Suhe
b. Tema : kekecewaan yang penyesalan
c. Alur : alur yang digunakan dalam
novel Sapu Ilang Suhe ini adalah alur maju.
d. Penokohan
:
·
Abdulgani : perhatian dengan saudaranya dan selalu
ingin melindunginya karena pesan dari almarhum ayahnya.
·
Abdullah : mempunyai watak yang keras tidak
mendengarkan nasihat baik dari saudaranya.
·
Mbok Dullah : menerima keadaan yang terjadi pada
permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya. Dan selalu mengkhawatirkan
keadaan Ngali anaknya yang pertama.
·
Ngali : angkuh dan suka
menghambur-hamburkan uang dan tidak mengerti keadaan kedua orang tuanya.
·
Kasan : suka membantu pekerjaan rumah.
·
Rahman : rajin dan pekerja keras walaupun ia
bodoh tetapi ia sangat mengerti suasana yang terjadi dalam keluarganya serta ia
mempunyai pikiran yang dewasa dibandingkan saudara-saudara lainnya.
·
Siti : rajin membantu pekerjaan
rumah dan mengerti akan keadaan keluarganya.
·
Abdulrasid : baik hati dan mempunyai jiwa sosial yang
tinggi dengan sanak saudaranya.
e. Latar
1. Tempat :
·
Rumah Abdulgani : pada
saat Abdullah menyampaikan keinginannya untuk pergi ke Batawi.
·
Jalan : pada saat
Abdullah menuju ke sungai Musi.
·
Di tengah laut : pada
saat Abdullah melakukan perjalanan menuju Batawi.
·
Di rumah Abdullah :
ketika Abdullah sudah kaya dan mempunyai keluarga di Batawi.
2. Waktu :
·
Malam hari : pada waktu
Abdullah berangkat ke Batawi
·
Pagi hari : ketika mbok
Dullah istri Abdullah bangun tidur dan
mulai menyapu halaman rumahnya.
f. Sudut
Pandang : pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam cerita
tersebut.
g. Suasana : suasana yang tergambar dalam novel
Sapu Ilang Suhe ini adalah senang ketika Abdullah mempunyai keluarga yang
dikaruniai 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Kecewa ketika Ngali anak
pertama dari Abdullah menjadi anak yang kurang ajar suka menghambur-hamburkan
uang demi menyenangkan hati. Haru ketika Abdullah meninggalkan Batawi karena
ingin pulang Palembang. Dan meninggal dunia di Palembang lalu selang beberapa
bulan Mbok Dullah meninggal karena sakit yang amat parah.
h. Amanat
: jangan suka terkagum-kagum
dengan apa yang ada dan terlihat di depan mata. Ada kalanya kita menemui hidup
dengan kesengsaraan, kenyataanya pasti akan datang. Dan kesengsaraan itu datang
dengan perlahan menguji kesabaran dan terkadang kita tidak menyadarinya.
2. Novel
Pasca Kemerdekaan
a. Judul : Duraka
b. Tema : penyesalan hidup yang tak
berujung.
c. Alur : menggunakan alur maju karena
mencerikan dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan
d. Penokohan :
1. Pak
Sis : penyabar dan selalu bersyukur
ketika dihadapi cobaan yang sangat berat.
2. Bu
Sis : penyabar dan sangat
menyayangi kedua anaknya.
3. Marjata : pada awalnya Marjata menpunyai sifat
santun tetapi setelah menikah dengan Kardinah, ia menjadi sangat angkuh dan
sombong.
4. Martati : baik, penyabar, dan suka bekerja keras
demi membantu kedua orang tuanya.
5. Katriin : baik hati karena ia suka menolong
keluarga Martati saat sedang kesusahan.
6. Kardinah : munafik suka memutar balikan fakta karena
sudah menfitnah Martati dan ia juga menpunyai watak suka menipu orang.
7. Mbok
Tasri: suka menolong orang yang sedang tertimpa kesusahan dan ia juga sering
membantu Martati.
8. Pak
Sarlan : penurut kepada majikan tetapi ia
mempunyai sifat yang baik dan suka menolong orang lain.
e. Latar
1. Tempat :
·
Rumah bu Sis
·
Rumah Kardinah di
Jakarta
·
Pondokan mbok Tasri
·
Kuburan
2. Waktu :
·
Siang hari : pada waktu
Martati sedang latihan senidrama di teras.
·
Malam hari : pada saat
sedang menunggu pak Sis pulang dari kerja, pada waktu pak Sis pergi ke Jakarta
dan menemui anak-anaknya.
f. Sudut
Pandang : pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga karena penulis
menyebutkan nama tokoh dalam cerita.
g. Suasana : suasana yang tergambar dalam novel
tersebut yaitu ada rasa senang, sedih, tegang, dan haru.
h. Amanat
: dari novel Duraka tersebut
dapat diambil amanat yaitu sebagai seorang anak harus selalu berbakti kepada
kedua orang tua. Ketika sudah sukses dan mempunyai kehidupan yang lebih layak,
sebaiknya juga harus selalu mengingat perjuaangan orang tua ketika
membesarkannya.
B.
HASIL
ANALISIS
Kritik
sastra merupakan kegiatan atau perbuatan
mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran
sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis (Harjana dalam Semi, 1990:16).
Dalam
melakukan kritik sastra, seorang kritikus tidak bertindak semaunya. Harus
melalui suatu proses penghayatan keindahan yang serupa dengan proses yang
dilalui pengarang dalam melahirkan karyanya. Berikut akan dipaparkan analisis
dua buah novel berbahasa Jawa.
1. Persamaan
antara novel pra dan pasca kemerdekaan
Dari
unsur intrinsik kedua novel di atas ditemukan beberapa persamaan antara lain :
a. Tema,
kedua novel tersebut sama-sama menceritakan penyesalan yang berujung dengan kesedihan.
Karena di dalam novel yang berjudul Sapu Ilang Suhe tersebut menceritakan
seorang bapak yang mempunyai watak yang keras, sehingga pada akhirnya ia
membanggakan anak pertamanya yang kemudian lupa akan jerih payahnya sebagai
orang tua. Dan pada novel Duraka menceritakan seorang anak yang pergi
meninggalkan desa untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Lalu setelah sukses
ia tidak mau dan tidak peduli dengan keadaan orang tuanya sampai akhirnya orang
tuanya meninggal.
b. Alur,
novel tersebut sama-sama menggunakan alur maju karena cerita yang disampaikan
oleh pengarang tersebut runtut tanpa mengulas masa lalu.
c. Suasana,
di dalam novel pra dan pasca kemerdekaan tersebut suasana yang tergambar pada
kedua novel tersebut adalah senang ketika para tokoh sudah menemukan kehidupan
yang layak. Dan sedih ketika orang-orang yang disayangi oleh para tokoh
meninggal dunia. Serta kecewa disaat para tokoh menyesali perubahan sikap
ketika mereka sudah menemukan kehidupan yang layak lalu meninggalkan keluarga
yang kesusahan.
d. Sudut
pandang, pada novel Sapu Ilang Suhe dan Duraka tersebut kedua pengarang
sama-sama menggunakan sudut pandang orang ketiga.
e. Amanat,
amanat yang terkandung dalam kedua novel tersebut hampir sama yaitu ketika
seseorang sudah menemukan kehidupan yang layak dan berkecukupan, kita wajib
bersyukur dan tetap rendah hati.
f. Bahasa
yang digunakan dalam cerita novel tersebut yaitu menggunakan ejaan lama.
2. Perbedaan
antara novel pra dan pasca kemerdekaan
Dari
kedua novel tersebut yaitu novel yang berjudul Sapu Ilang Suhe dan Duraka, ditemukan
perbedaan yaitu pada novel pra kemerdekaan yang berjudul Sapu Ilang Suhe
pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa kita harus selalu mendengar
nasihat-nasihat dari saudaranya. Karena dalam kehidupan ini saudaralah yang
sangat dipentingkan dalam hal untuk menciptakan kerukunan. Sehingga kelak
dikemudian hari kita akan memetik buah dari kesabaran yang kita lalui. Dan
ketika kita keras dalam berfikir maka jalan keluar akan sulit untuk kita temui.
Sedangkan
pada novel pasca kemerdekaan, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca agar
selalu mengingat kedua orang tuanya, ketika kita sudah memperoleh jabatan atau
kehidupan yang lebih layak. Jangan sampai kita melupakan kedua orang tua dan
pura-pura tidak pernah mengenalinya.
Selain
itu pada judul novel Sapu Ilang Suhe tersebut mempunyai arti yaitu
seenak-enaknya hidup itu semua orang pada mencari kehidupan yang irit dan
diibaratkan sapu tidak disuhi, hanya butuh hati-hati. Sedangkan pada novel yang
berjudul Duraka mempunyai arti ingkar terhadap perintah (Tuhan, orang tua, dan
sebagainya) atau tidak setia kepada kekuasaanyang sah.
C.
LATAR
BELAKANG YANG MENDASARI PERSAMAAN DAN PERBEDAAN NOVEL
Pada penjelasan yang sudah dipaparkan, hal-hal
yang melatarbelakangi persamaan dan perbedaan dari kedua novel pra dan pasca
kemerdekaan tersebut yaitu masalah budi pekerti pada setiap tokoh cerita.
Dimana kata budi adalah kata serapan
dari bahasa Sansekerta, berasal dari akar kata budh artinya sadar, budi berarti kesadaran. Kata pekerti berasal
dari kata dasar krti berarti
pembuatan. Kata dasar ini berasal dari akar kr berarti membuat. Pekerti berarti
perbuatan. Budi pekerti berarti kesadaran perbuatan atau tingkah laku
seseorang. Keduan unsur ini mempunyai pertalian erat. Budi itu terdapat pada
batin manusia, karenanya tidak kelihatan. Budi seseorang baru tampak apabila
orang tersebut telah melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku (Purwadi,
2009:185).
Selain itu yang melatarbelakangi adalah nilai-nilai
yang mengacu pada berbagai aspek kehidupan, misalnya nilai agama atau
kepercayaan, norma-norma sosial budaya, politik dan ekonomi.
Dari kedua novel tersebut hal lain yang
juga bisa menjadi latar belakang yaitu mengenai sudut pandang pengarang atau
pikiran pengarang dalam menyampaikan sebuah cerita. Pada novel pra kemerdekaan,
pengarang mengambil latar belakang dari seseorang yang sudah mempunyai
kehidupan yang layak namun pada akhirnya jatuh miskin karena ulah salah satu
anaknya. Sedangkan pada novel pasca kemerdekaan, pengarang mengambil latar
belakang dari kehidupan seseorang yang miskin tetapi selalu menerima keadaan
serta tabah menghadapi sikap anaknya yang berubah ketika mempunyai kehidupan
yang lebih layak.
Selain itu, pengarang dalam menyampaikan
cerita dilatarbelakangi oleh beberapan nilai-nilai yang terkandung dalam
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebut pada novel yang berjudul Sapu Ilang
Suhe adalah nilai sosial dan juga nilai kesopanan, kerena cerita dalam novel
ini menceritakan seorang bapak yang sangat peduli dengan keadaan anak-anaknya.
Nilai kesopanannya yaitu seorang anak yang membangkang dan selalu meminta uang
untuk foya-foya.
Pada novel yang berjudul Duraka
mengandung nilai moral karena anak yang lupa dan memperlakukan orang tuanya
seperti orang lain yang tidak dikenalnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan yang sudah dijelaskan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Persamaan
yang terlihat pada novel pra dan pasca kemerdekaan tersebut yaitu dari unsur-unsur
intrinsik dari kedua novel tersebut.
2. Perbedaan
yang bisa diambil dari kedua novel tersebut yaitu pada pesan yang disampaikan
pengarang kepada pembaca.
3. Kedua
novel tersebut dilatarbelakangi oleh budi pekerti seseorang dalam bertingkah
laku. Bahasa
4. Aspek
lain yang melatarbelakanginya yaitu aspek kehidupan.
B.
Saran
Saran yang dapat
disampaikan yaitu sebagai berikut :
1. Sebaiknya
keberadaan novel-novel kuno atau novel terbitan sebelum tahun 1945 dan sesudah
tahun 1945 lebih diperbanyak pencetakannya atau di museumkan tersendiri.
2. Karya
sastra yang kuno sebaiknya dibuatkan website tertentu agar mudah dalam proses
pencariannya.
3. Karya
sastra seperti novel berbahasa Jawa harus selalu di simpan guna menjadi bukti
bahwa karya sastra Jawa itu dahulu benar-benar ada keberadaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Purwadi,
2009. Pengkajian Sastra Jawa.
Yogyakarta: Pura Pustaka.
Semi,
Prof. Drs.M., 1990. Metode Penelitian
Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar