TRADISI
MITONI
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Budaya Jawa
Dosen pengampu : Didik Supriyadi
Oleh
Armin Retno Vitasari
2601414068
Rombel 3
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya
telah berhasil menyelesaikan tugas ini. Tugas ini disusun guna untuk melengkapi
tugas mata kuliah Budaya Jawa.
Dan diharapkan tugas ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua terutama para pembaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun tugas ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun agar diterapkan ketika menyusun tugas
yang lain.
Semoga makalah ini dapat dimengerti dan dipahami oleh
pembaca sehingga dapat menambah sedikit pengetahuan. Serta dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Penulis
TRADISI MITONI YANG MASIH DILAKSANAKAN DI DESA
KATEGUHAN
A. PENDAHULUAN
Tradisi
mitoni adalah salah satu tradisi masyarakat
Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya
tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada
kehamilan pertama kali. Mitoni atau selamatan tujuh bulanan, dilakukan setelah
kehamilan seorang ibu genap usia 7 bulan atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh
kurang dari 7 bulan, sekalipun kurang sehari. Belum ada neptu atau weton
(hari masehi + hari Jawa) yang dijadikan patokan pelaksnaan, yang penting
ambil hari selasa atau sabtu.
Tujuan mitoni atau tingkeban agar supaya ibu dan janin selalu
dijaga dalam kesejahteraan dan keselamatan (wilujeng, santosa, jatmika,
rahayu). Hakekat yang mendasar dari semua
tradisi Jawa adalah suatu ungkapan syukur dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa
untuk keselamatan dan kenteraman , namun di ungkapkan dalam bentuk lambang
-lambang yang masing-masing mempunyai makna.
B. PELAKSANAAN
Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di
mandikan dengan air kembang setaman dan disertai doa yang bertujuan untuk
memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga
bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat. Adapun pelaksanaannya antara
lain sebagai berikut :
a) Waktu
Menurut tradisi Jawa, upacara
dilaksanakan pada tanggal ganjil sebelum bulan purnama seperti 3,5,7,9,11, 13
atau 15. bulan Jawa ,dilaksanakan di kiri atau kanan rumah menghadap kearah
matahari terbit. Yang memandikan jumlahnya juga ganjil misalnya 5,7,atau 9
orang. Waktu Pelaksanaan antara pukul
9.00 sampai dengan pukul 11.00 Calon ibu mandi dan cuci rambut yang bersih,
mencerminkan kemauan yang suci dan bersih. Kira-kira pukul 15.00-16.00, upacara
tingkepan dapat dimulai, menurut kepercayaan pada jam-jam itulah bidadari turun
mandi. undangan sebaiknya dicantumkan lebih awal pukul 14.30 WIB. Hari
Pelaksanaan biasanya dipilih hari Rabu atau hari Sabtu, tanggal 14 dan 15
tanggal jawa, menurut kepercayaan agar bayi yang dilahirkan memiliki cahaya
yang bersinar, dan menjadi anak yang cerdas.
b) Tempat
Adapun tempat yang digunakan untuk melaksanakan upacara mitoni tersebut
yaitu di rumah pihak laki-laki.
c) Pelaksana yang menyirami
Para Ibu yang
jumlahnya tujuh orang, yang terdiri dari sesepuh terdekat. Upacara dipimpin
oleh ibu yang sudah berpengalaman.
C. TATA CARA
a) Siraman
dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu, supaya
suci lahir dan batin.Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air
dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
b) Memasukkan
telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui
perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir dengan
lancar, tanpa suatu halangan.
c) Pemutusan Lawe
atau janur kuning yang dilingkarkan di perut calon ibu, dilakukan calon ayah
menggunakan keris Brojol yang ujungnya diberi rempah kunir, dengan maksud agar
bayi dalam kandungan akan lahir dengan mudah.
d) Calon nenek
dari pihak calon ibu, menggendong kelapa gading dengan ditemani oleh ibu besan.
Sebelumnya kelapa gading diteroboskan dari atas ke dalam kain yang dipakai
calon ibu lewat perut, terus ke bawah, diterima (ditampani) oleh calon nenek,
maknanya agar bayi dapat lahir dengan mudah, tanpa kesulitan.
e) Upacara memilih
nasi kuning yang diletak di dalam takir sang suami. Setelah itu dilanjutkan
dengan upacara jual dawet dan rujak, pembayaran dengan pecahan genting (kreweng),
yang dibentuk bulat, seolah-olah seperti uang logam. Hasil penjualan
dikumpulkan dalam kuali yang terbuat dari tanah liat. Kwali yang berisi uang
kreweng dipecah di depan pintu. Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak
mendapat rejeki, dapat menghidupi keluarganya dan banyak amal.
D. TATA KRAMA
a) Pada saat pelaksanaan upacara mitoni ini, tidak ada larangan-larangan yang harus
diperhatikan.
b) Anjuran yang harus dilaksanakan yaitu dianjurkan memilih hari yang baik.
Misalnya menurut adat jawa mitoni itu harus dilaksanakan pada hari Senin siang
sampai malam. Bisa juga hari Jumat siang sampai malam, sebelum bulan purnamasidhi.
E. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
upacara mitoni adalah salah satu tradisi masyarakat
Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya
tujuh. Dan dalam upacara mitoni tersebut banyak sekali tata
cara yang harus dilaksanakan. Adapun tata caranya antara lain yaitu Siraman
dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang, Memasukkan
telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui
perut sampai pecah, Pemutusan Lawe atau janur kuning yang dilingkarkan di
perut calon ibu. Lalu Calon nenek dari pihak calon ibu, menggendong kelapa
gading dengan ditemani oleh ibu besan, serta yang terakhir Calon nenek
dari pihak calon ibu, menggendong kelapa gading dengan ditemani oleh ibu besan.
DAFTAR PUSTAKA
http://surantobpmumtaz.blogspot.co.id/2012/06/upacara-adat-jawa-yang-bernama.html
0 komentar:
Posting Komentar